Museum La Pawawoi dulunya merupakan istana (Saoraja,red) Raja Bone , La Mappanyukki, saat yang bersangkutan menjadi Raja Bone Ke-34. Museum ini, menyimpan peninggalan Kerajaan Bone, dan terletak di Jalan MH Thamrin, Watampone Kabupaten Bone.
Museum ini diberi nama Museum La Pawawoi, karena La Pawawoi Karaeng Sigeri sendiri merupakan Raja Bone Ke-31 pada tahun 1895-1905, yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.
Istana Raja Bone ini pun dipugar oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, yang dikerjakan tahun 1679 sampai tahun 1981. dan diresmikan menjadi Museum La Pawawoi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Dr Daud Yusuf, pada tahun 1982.
Di museum ini, ada satu peninggalan dari Raja Bone ke-2 , La Ummasa Petta Mulangnge Panre atau Petta Panre BessiE , yaitu Lanreseng atau landasan untuk menempa besi, yang masih tersimpan dan menjadi koleksi dari Museum La Pawawoi. Raja Bone kedua ini merupakan pandai besi karena dialah yang mula-mula menciptakan dan mengajarkan alat-alat dari besi di Bone. Makamnya terletak di Jalan Ahmad Yani Pusat Kota Watampone.
Lanreseng tersebut merupakan alat yang digunakan untuk membuat berbagai alat-alat dari besi. Tak hanya itu, koleksi lainnya yaitu Bessi Sikoi atau besi yang berupa cincin yang saling mengait satu sama lainnya, milik La Tenri Tata Arung Palakka. Dan piagam penghargaan VOC Belanda kepada Arung Palakka masih tersimpan di Museum La Pawawoi ini. ” Piagam itu merupakan bentuk penghargaan VOC Belanda kepada La Tenri Tatta Arung Palakka atas kerja samanya saat itu (kooperatif dalam artian sebuah strategi), dan piagam itu bertuliskan tinta emas,”.
Museum Lapawawoi terdiri dari lima ruangan, dan masing-masing ruangan itu, menyimpan berbagai koleksi peninggalan kerajaan Bone. Di ruangan pertama atau bagian depan dari Museum ini, menyimpan sejumlah koleksi seperti koleksi keramik, peralatan makan para raja, alat tenun, peralatan bissu, peralatan nelayan, serta duplikat bendera Kerajaan Bone.
Ruangan kedua atau bagian tengah museum ini, menyimpan pelaminan, peralatan makan Ade Pitu atau Tujuh dewan adat kerajaan, pakaian adat, dan beberapa koleksi keramik lainnya. Di ruangan ini, berjejer sejumlah peralatan makan dan minum yang sengaja ditata secara rapi. Demikian halnya dengan pelaminan di ruangan ini.
Sementara itu, di ruangan ketiga menyimpan silsilah Raja Bone, dari Raja Bone pertama, yaitu Manurunge Ri Matajang hingga Raja Ke 33, . Selain itu, di ruangan ini juga menyimpan duplikat rambut Arung Palakka, duplikat mahkota dan pedang, serta foto Raja Bone dan keturunannya. “foto penangkapan Raja Bone La Pawawoi Karaeng Segeri, dan saat diasingkan di Bandung pun ada di ruangan ini,”
Sedangkan, di ruangan keempat, tersimpan duplikat payung emas Kerajaan Bone, dan perisai kerajaan, kaleo malebu. Dan stempel Kerajaan Bone saat dipimpin Raja Bone ke 30, Fatimah Banri Petta Matinroe Ri Bolampare. Stempel itu sendiri, digunakan dalam urusan administrasi kerajaan saat itu. Di ruangan kelima, tersimpan piagam penghargaan VOC Belanda ke Arung Palakka, dan bessi sikoi milik Arung Palakka, serta sejumlah photo Raja Bone dan keturunannya.
Museum Lapawawoi, sering mendapat kunjungan baik dari kabupaten Bone maupun dari daerah lain. Tak hanya itu, pengunjung dari provinsi lain di Indonesia juga kerap mengunjungi museum ini. Bahkan, ada pengunjung yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapore, Belanda, hingga Prancis. “Umumnya pengunjung yang berasal dari Malaysia dan Singapore itu, masih mempunyai keturunan Bugis ,”.
Umumnya, pengunjung yang datang ke museum ini, yaitu pelajar baik di tingkat SD sampai SMA, dan mahasiswa. Mungkin sebagai generasi muda sudah mulai tertarik mengunjunginya terutama anak sekolah dan mahasiswa. Mereka berharap, agar masyarakat paham sejarah budaya, tradisi dan pahlawannya, dan ikut melestarikannya. Apalagi, Kabupaten Bone menjadi salah satu ikon pariwisata Sulawesi Selatan.
Museum Lapawawoi terletak di pusat kota Watampone. Tempat ini menjadi tempat yang paling sering dikunjungi terlebih bagi mereka yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kejayaan Bone masa lampau. Di museum ini terdapat berbagai koleksi benda peninggalan Kerajaan Bone yang masih terawat dengan baik. Benda-benda tersebut merupakan bukti kebesaran Kerajaan Bone pada masa lalu.
Adapun benda-benda yang dipamerkan di museum Lapawawoi antara lain :
1.Peralatan Upacara Penjemputan
2.Peralatan Makan untuk Raja
3.Peralatan Bissu dan Upacara Spiritual
4.Peralatan Perkawinan
5.Peralatan Tenun
6.Peralatan Perang
7.Duplikat Payung Emas (aslinya disimpan di Museum Arajangnge yang terletak berdampingan dengan Rumah Jabatan Bupati Bone)
8.Duplikat Selempang Emas (aslinya disimpan di Museum Arajangnge)
9.Stempel Kerajaan
10.Pakaian Adat
11.Peralatan Nelayan
12.Peralatan Musik Tradisional
13.Duplikat Mahkota Arung Palakka
14.Piagam VOC
15.Koleksi Mata Uang Kuno
16.Koleksi Keramik
17.Koleksi Buku Lontara
18.Koleksi Foto-foto Kerajaan
1.Peralatan Upacara Penjemputan
2.Peralatan Makan untuk Raja
3.Peralatan Bissu dan Upacara Spiritual
4.Peralatan Perkawinan
5.Peralatan Tenun
6.Peralatan Perang
7.Duplikat Payung Emas (aslinya disimpan di Museum Arajangnge yang terletak berdampingan dengan Rumah Jabatan Bupati Bone)
8.Duplikat Selempang Emas (aslinya disimpan di Museum Arajangnge)
9.Stempel Kerajaan
10.Pakaian Adat
11.Peralatan Nelayan
12.Peralatan Musik Tradisional
13.Duplikat Mahkota Arung Palakka
14.Piagam VOC
15.Koleksi Mata Uang Kuno
16.Koleksi Keramik
17.Koleksi Buku Lontara
18.Koleksi Foto-foto Kerajaan
catatan :
Museum La Pawawoi yang beralamat di Jalan M.H. Thamrin No. 9, Watampone kabupaten Bone menempati bangunan bekas Istana La Mappunyokki Raja Bone. Didirikan pada 5 Januari 1971 oleh Bupati Bone, H. Suaib. Nama museum ini diambil dari nama seorang Raja Bone yang telah diakui sebagai pahlawan nasional, yaitu La Pawawoi Karaeng Sigeri. La Pawawoi yang lahir pada 1835 merupakan pahlawan Perang Bone melawan Belanda. Tanggal 14 Desember 1906 beliau ditawan dan diasingkan ke Bandung. Setelah beliau bertemu dengan Gubernur Jenderal Belanda, beliau mengucapkan ikrar tantangan yang berbunyi, “Biar tubuhku menghadap/ tertawan, hatiku pantang menyerah kepada kompeni”. Beliau wafat tanggal 17 Januari 1911.
Dahulu Museum La Pawawoi memiliki koleksi kurang lebih 331 buah, berupa benda-benda peralatan dapur, pakaian adat, dan senjata. Selain itu terdapat pula koleksi keramik yang sebagian besar merupakan peralatan makan Raja-raja Bone. Di museum ini juga dipamerkan stempel kerajaan Bone dan miniatur perahu phinisi. Koleksi yang tidak kalah pentingnya adalah silsilah Kerajaan Bone dari awal hingga akhir.