SONGKOK TO BONE

Posted by AndiEwha


Tak jelas, sejak kapan dan siapa yang pertama kali mempopulerkannya di luar Sulawesi Selatan (Sulsel). Yang pasti, songkok tersebut sudah menyebar ke mana-mana dan dikenakan banyak orang di Nusantara, mulai dari masyarakat biasa, selebritas, tokoh politik, pejabat negara, bahkan orang asing. Tak terbilang lagi segala lapisan orang yang mengenakannya di sejumlah acara di banyak tempat, entah acara formal maupun tak resmi.

Ada yang memadankan dengan setelan jas, ada pula yang menggunakannya sebagai pelengkap kemeja atau pakaian lainnya. Singkatnya, songkok, yang pada mulanya semata-mata hanya digunakan untuk pelengkap busana adat semata dan hanya dipakai pada acara-acara adat resmi, kini sudah menjadi pelengkap beragam jenis busana di banyak tempat dan berbagai acara. Di Sulawesi Selatan lazimnya songkok itu dipadupadankan dengan pakaian adat yang dikenakan pria berupa sarung sutra dan jas berkancing depan dengan kerah ala pakaian tradisional China.

Songkok Recca' atau songkok to Bone, menurut sejarah, muncul dimasa terjadinya perang antara Bone dengan Tator tahun 1683. Pasukan Bone pada waktu itu menggunakan songkok recca' sebagai tanda untuk membedakan dengan pasukan Tator.

Pada zaman pemerintahan Andi Mappanyukki (raja Bone ke-31), songkok recca dibuat dengan pinggiran emas (pamiring pulaweng) yang menunjukkan stratasipemakainya. Akan tetapi lambat laun hingga sekarang ini siapapun berhak memakainya. Bahkan beberapa kabupaten di Sulawesi memproduksinya sehingga dapat dikatakan, bahwa songkok recca mendapat apresiasi baik dari masyarakat Sulawesi maupun Indonesia pada umumnya.

Di Kabupaten Bone Songkok Recca/Songkok To Bone diproduksi di Desa Paccing Kecamatan Awangpone. Di daerah tersebut terdapat terdapat komunitas masyarakat secara turun temurun menafkahi keluarganya dari hasil proses menganyam pelepah daun lontar ini yang disibut Songkok Recca atau Songkok To Bone.

Di kota Makassar songkok Bone bisa anda temui pada hampir semua toko oleh-oleh khas Makassar, utamanya bertempat di Jalan Somba Opu berdekatan dengan Pantai Losari. Salah satu pemilik toko oleh-oleh Makassar "Losari Oleh Oleh", Hendrik menuturkan, usaha penjualan songkok Bone yang telah 5 tahun digelutinya mendatangkan hasil yang cukup memuaskan. Setiap harinya 5-6 songkok laku terjual kepada wisatawan domestik yang berkunjung ke kota Anging Mamiri ini. Harga songkok bone yang di jualnya bervariatif berkisar Rp 65 ribu hingga Rp 800 ribu, tergantung pada kualitas benang dan ukuran benang yang melambangkan strata sosial pada masyarakat Eks Kerajaan Bone. 

Model Songkok Bone yang sekarang rupanya telah banyak mengalami pergeseran nilai. Tentang penggunaan emas pada songkok recca', A Mappasissi Petta Awangpone, salah satu keturunan bangsawan Bone yang saat ini menjadi Pemangku Adat Bone, mengatakan, pada awalnya penggunaan emas itu tak dikenal. Bahkan model yang sekarang ini dikenal banyak orang sudah merupakan pergeseran dari model awal yang dikenakan raja-raja Bone.

"Kalau dulu, modelnya bulat, tak terlalu tinggi, dan bagian atasnya agak runcing, persis seperti model topi orang Tionghoa. Pinggirannya pun bukan emas sungguhan, tapi kain berwarna emas. Entah sejak kapan songkok ini berubah bentuk dan menggunakan emas. Tapi memang sejak dimulainya penggunaan emas pada songkok, raja, para pembesar, atau bangsawan umumnya menggunakan songkok yang dibuat dari emas," katanya.

Mappasissi menambahkan, dulu songkok berhias emas sungguhan hanya digunakan oleh raja, pembesar, dan keluarga bangsawan. Rakyat biasa enggan menggunakannya sekalipun punya uang untuk membuat songkok berbalut emas. 

Kalaupun ada orang kaya yang bukan keluarga raja atau bangsawan yang menggunakan songkok berbalut emas, kadar emasnya tak boleh melebihi kadar emas songkok yang dikenakan raja. Dengan kata lain, susunan anyaman emas di bagian sekeliling songkok tak boleh lebih tinggi daripada yang dimiliki raja. "Tapi sekarang karena zamannya sudah beda, siapa pun, asal suka dan mau, boleh membuat dan mengenakan songkok dari emas," kata Mappasissi. Songkok yang menggunakan emas ini harganya berkisar Rp 10-15 juta, tergantung berat emas yang digunakan.

Penulis : A.Muh.Affan