Etika Jabat Tangan Suku Bugis

Posted by AndiEwha


Berjabat tangan atau bersalam-salam merupakan kebiasaan yang terjadi pada saat dua orang bertemu atau lebih. Berjabat tangan merupakan pernyataan penghargaan, rasa gembira, rasa hormat, dan rasa simpati.


Secara ilmiah ketika kita berjabat tangan otak akan memproduksi hormon kebahagian atau endorfin yang dapat memberikan rasa bahagia ketika bertemu dan berjabat tangan dengan orang lain. Berjabat tangan sebelum melakukan interaksi sosial akan meningkatkan dampak positif sekaligus mengurangi dampak negatif dalam pergaulan.


Orang bersalaman waktu berkenalan, saat mengucapkan selamat atas pengangkatan pada jabatan baru, saat menyatakan rasa penyesalan, saat memberi dan meminta maaf, waktu turut mengucapkan rasa duka atas kematian seseorang, dan peristiwa lainnya, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.


Jabatan tangan yang terbaik adalah salaman yang digerakkan oleh hati yang bersih. Adakalanya jabatan tangan diikuti dengan gerak bagian badan lainnya. Misalnya saling menempelkan pipi atau saling merangkul. Kebiasaan ini hanya berlaku dikalangan tertentu saja. Namun, akhir-akhir ini saling menempelkan pipi mulai menjadi kebiasaan ibu-ibu.


Cara memberi salam dengan merapatkan kedua telapak tangan dalam bentuh sembah, dan membuka sedikit ujung jari-jari tangan untuk mengapit sejenak tangan orang yang disalami ini berlaku di masyarakat tertentu saja, dan belum menjadi kebiasaan meluas di antara bangsa-bangsa.


Tidak semua perjumpaan dimulai dengan jabat tangan. Lazimnya sewaktu bertemu, wanita yang lebih tua mengulurkan tangan untuk disalam oleh wanita yang lebih muda ataupun oleh pria.


Berjabat tangan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan diberbagai negara termasuk di Indonesia sendiri, bahkan jabat tangan dalam dunia bisnis sudah menjadi etika yang dilakukan para pebisnis dengan rekan kerjanya. Bahkan jabat tangan bukan hanya dilakukan oleh orang yang saling mengenal tetapi juga bagi mereka yang belum saling mengenal dianjurkan untuk berjabat tangan agar kondisi pertemuan bisa mencair.


Dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain kita dianjurkan untuk berjabat tangan karena berjabat tangan akan semakin mempererat hubungan kita dengan orang lain, etika berjabat tangan sesusngguhnya memiliki tujuan untuk mempererat rasa persaudaraan antara sesama umat manusia, dan menghilangkan rasa permusuhan diantara kita selain itu akan senatiasa memberikan positif thinking kepada orang lain.


Sebagai manusia biasa seringkali terjadi kesalahan dan kekhilafan dalam interaksi sosial kita. Dengan berjabat tangan, maka kita dapat meredam dampak negatif dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi, dan mampu meredam permasalahan dan memulihkan situasi psikologis.


Dikalangan suku Bugis jabat tangan biasa disebut ‘majjama’. Terdapat beberapa etika yang sering dilakukan pada waktu berjabat tangan, antara lain ketika berjabat tangan maka diantara keduanya saling memandang satu sama lain. Tidak dibenarkan menjabat tangan sesesorang sambil mengarahkan pandangan kita di tempat lain. Artinya pada waktu berjabat tangan maka kita melihat bayangan (tau-tau) kita sendiri pada retina mata orang yang dijabat tangannya.


Sayangnya, sering kita melihat seorang pejabat atau siapapun ketika dijabat tangannya oleh orang lain maka ia hanya menjulurkan tangannya dan tidak melihat wajah orang yang menjabat tangannya. Hal seperti ini tidak dibenarkan oleh suku bugis karena sama saja meremehkan dan penghinaan. Orang lain ingin bersalaman dengan kita karena ia menghargai kita, maka niat baik itu harus dibalas dengan perilaku yang baik pula. Bukan justru memperlihatkan keangkuhan demi pencitraan belaka.


Tetua Bugis mengatakan, “Riwettummu mennang siame’ pale’ lima ripadammu rupatau, tangngai tau-taummu ri tau-tau matanna balimmu, nasaba narekko massaileko padatoha murese-resei pakkalebbina padammu rupatau “ (Ketika engkau berjabat tangan dengan sesamamu manusia, lihatlah bayanganmu di retinanya orang yang dijabat tangannya, sebab jika engkau tidak melihatnya sama halnya menginjak-injak penghargaan dari sesamamu manusia).


Dikalangan suku Bugis tidak dikenal jabat tangan sambil saling menempelkan pipi satu sama lain apalagi berlainan jenis kelamin serta bukan muhrim. Yang sering dilakukan hanya saling berangkulan itupun dengan jenis kelamin yang sama.

Sumber : Teluk Bone