Parakang manusia jadi-jadian di Sulawesi Selatan

Posted by AndiEwha

 
Dalam istilah Bugis adalah "Parakang Pariso Pallo". Malam itu jum'at, ketika bumi sangat hening dan masyarakat kampung sedang tidur nyenyak melayari mimpi, atau mungkin pasangan suami isteri sedang berhubungan dengan posisi masing-masing. Tetapi cerita ini berakhir saat terdengar raungan halus, namun seperti sangat dekat," Huaaarrrr… Huarrrrr…. Ghhaaaaarr….". 

Tiba-tiba semua terjaga dari tidur akibat bunyi sayup-sayup itu. Terlihat lampu pendaflour berkelip-kelip di siling atap bata. Kuusap-usap mataku, sama, lampu berkelip-kelip begitu juga. Di luar hujan turun dengan lebat, tempiasnya masuk di celah-celah bata keping yang menjadi atap itu. Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi.

“Huaaarrrr… Huarrrrr…. Ghhaaaaarr….…., thaapss…!” suara seperti rektum tercabut dari dubur dan tempias ke sebuah mulut seper-sekian detik, seorang korban kehilangan rektum beserta ususnya.

Parakang manusia jadi-jadian di Sulawesi Selatan 

Parakang adalah satu jenis makhluk jadi jadiandi daerah Bugis-Makassar yang sangat ditakuti. Parakang bisa mengubah diri menjadi bermacam-macam wujud: pohon pisang, kambing, tangkai-tangkai bambu atau "ampoti" yaitu sejenis keranjang anyaman dari daun kelapa tempat ayam bertelur). 

Mahluk ini adalah "seseorang yang bisa berubah-ubah menjadi hewan, benda dan apa saja yang bentuk dan modelnya aneh dan menyeramkan, tampak beda dengan asli (obyek yang ditirunya)
Contohnya, dia berubah menjadi Anjing maka anjing hasil jelmaan manusia yang mempunyai ilmu parakang ini beda dengan anjing betulan, perbedaannya hasil setelah jelmaannya maka anjing tersebut tidak mempunyai ekor dan kaki belakangnya lebih tinggi. Jelmaan lainnya  bisa juga berubah menjadi kucing, babi, kambing.dan hewan-hewan lainya. Yang membedakan dia tidak mempunyai ekor/buntut.

Parakang manusia jadi-jadian bukanlah hantu juga bukan sejenis bangsa jin atau makhluk halus tetapi manusia yang salah dalam proses awal menimba/ menerima ilmu tentang "pesugihan/kekayaan", tetapi pada daerah tertentu "Pakkissa" atau orang yang memberi kisah, cerita tentang parakang ini terkorelasi dengan keadaan "Pattennung", atau orang yang membuat kain tenun dari bahan ulat sutra 
Selain itu, secara sebab menjadi parakang ini juga oleh banyak sumber mengatakan "sebenarnya adalah manusia yang menuntut ajaran ilmu hitam untuk mencapai kehidupan abadi juga hal yang berkaitan dengan kekayaan".

Parakang bagian dari anggota masyarakat di Sulawesi Selatan, maksudnya terdapat satu buah kampung yang seluruhnya adalah parakang pada daerah tertentu, dan meregenerasi sebab menjadi hal turun-temurung. Apabila orang tuanya adalah seorang parakang, maka anaknya pun akan jadi parakang seolah garis taqdir hidupnya demikian (masih ingat Hantu Sumiati ?).

Pada umumnya parakang di siang hari ia tampak seperti manusia biasa, hanya matanya tetap kelihatan merah,  sumber mengatakan bahwa sorot matanya memang bikin bergidik, entahlah…. , sedang pada malam hari ia bekerja berkeliaran ke kolom kolom rumah atau sesekali sesuatu berkelebat melintas di jendela rumah, dengan mencari kalau kalau ada yang bisa atau mumpuni di isap rektumnya (Pellona) atau dalam dialektika bahasa Bugis disebut, “ ri iso pello na”. 

Adapun obyek yang sangat suka didekati parakang bahkan seolah ia tersihir mendekat di luar kesadarannya yaitu adanya orang sakit, atau orang yang baru saja meninggal. Parakang ini sangat menyukai janin, juga bayi sebagai santapan yang paling enak. Kemestian menyantap atau mengisap rektum ini  menjadi seolah utang yang tak terbayar jika tidak dapat melaksanakan hajatan tersebut, maka jika tak menemu obyek manusia, alternatif lainya adalah mengisap rektum kerbau peliharaan milik masyarakat...hm....hm)

Hingga kini parakang sangat ditakuti terutama oleh ibu-ibu di kampung yang memiliki balita, perawan, orang sakit, terlebih lagi orang sekarat, kategori terakhir ini sungguh sangat di sukai oleh Parakang, seolah melihat sebiji nangka atau buah-buahan lain yang matang sempurna dan menggiurkan untuk dicicipi. 

Si Parakang ini ke-perubahannya atau je-jadijadiannya terjadi di luar kesadaran, dan tak memilih waktu malam atau siang, hal ini  menjadi cerita umum di Sulawesi Selatan, maka bila seseorang sedang diambang kematian atau sekarat, semacam cam/waspada dari semua famili si sekarat telah mengantisipasi menahan laju dekatnya parakang tersebut, demi ia tak mengisap rektum orang sekarat dan yang sudah meninggal tersebut.

Cerita tentang ini sekali waktu, ada orang yang sudah meninggal, tersebutlah diantara pengunjung menengok si mayat tersebut, tetapi kecolongan ternyata yang menengok itu adalah parakang, untung saja ia dicegat dengan cepat saat wajah orang tersebut berubah menegang keras dan lidahnya telah menjulur .

Proses menjadi dan ke-abadian Parakang

Jika seorang parakang sedang sekarat bisa sebab ketuaan /menghadapi sakratul maut, ia akan terus mengulang-ulang kata "lemba …lemba ...lemba ..." ( pindah ...pindah ...pindah) sampai ada seorang dari keluarganya yang mengiyakan/ rela dirinya menerim jadi parakang. Meskipun ia hanya menyampaikannya di dalam hati, (barulah parakang tua tersebut dapat mengembuskan napasnya terakhir kali/mati). Faktor yang menyebabkan ia menerima /dengan menyetujui hal tersebut berpindah padanya “lemba”/rela menerima", lebih dominan disebabkan oleh perasaan kasihan kepada orang tuanya atau siparakang tersebut, sebab si Parakang itu begitu menderita jika ilmu tersebut tidak berpindah, bahkan ruhnya tak dapat meninggalkan raganya, sangat tersiksa...

Dan keadaan ini, proses lemba/pindah sudah menjadi kebiasaan bagi orang yang menjadi parakang tersebut tidak bisa meninggal dunia sebelum ada sanak keluargannya menerima ilmu tersebut. "iyakanlah maka Anda parakang selanjutnya ....hi....)

Efek dari keadaan ini maka pantang / pemali /pemmali,/larangan keras untuk orang lain (yang bukan parakang , bertandang ker umah keluarga yang berstatus parakang (sebab ketahuan), meskipun sebab menghargai si obyek parakang sebagai status tidak di sebarluaskan,

Dalam hasil ahli terawang ke-pengenalan, sekali waktu mereka ditangkapi dengan menggunakan kurungan ayam sebagai perangkap, keadaan ini terkait dengan istilah "parakang menyogok dengan emas " agar identitasnya tetap dirahasiakan oleh pawang tersebut, terkadang pula masyarakat yang mengetahui akan keberadaan parakang ini, sering iseng dengan memasukkan belut/nus pada comberan rumah parakang, yang menyebabkan ketahuannya sebagai obyek/parakang karena ia akan mencari/menelusuri terus menerus di mana belut/nus tersebut berada, hingga comberan tampak kering lantaran belut tersebut harus tertangkap, dan ini bukan misterius tapi nyata.

Cara Deteksi Parakang
  1. Sebuah deteksi yang membenarkan penandaan dengan mencoba, coba perhatikan mata sang parakang tersebut. Jika bayang kita terdapat di matanya dalam keadaan terbalik bermakna dia itu memang parakang.
  2. Jika ia berubah ujud pada (kadang malam juga siang) ia dapat menyerupai semacam anjing dengan badan tak berbulu, cuma bila berlaku transformasi dari manusia ke parakang/ makhluk jejadian, pasti ia akan bertambah besar dan sangat kuat, (lengan dan tangan, kuku-kuku menjadi keras dan panjang, dan muka menjadi sangat huduh, dengan mata merah menyala, dan mulut menjadi besar dengan lidah terjulur kasar dan kesat, serta barisan gigi-gigi yang sangat runcing dan tajam.
  3. Taruh belut/nus dicomberang rumahnya, Jika ia parakang maka ia mencari belut/nus tersebut.
Banyak yang membenarkan bahwa keluarga parakang itu gadisnya cantik-cantik, merupakan renungan yang menggoda di mata orang/ pemuda, bahkan kehidupan mereka kaya, populernya istilah parakang ini terkait dengan sebuah kalimat bahasa Makassar "parakang doe" / parakang uang, dalam pengertian makhluk jejadian yang mencuri uang, teks ini juga menjadi kata kiasan di sulawesi selatan bermakna " mata duit-an", ada-ada saja sumber uangnya. Wallahu A'lam bishawab.

Antisipasi atau Penangkal Parakang.

Jika menemukan parakang, misalnya dengan wujud pohon pisang, orang dianjurkan untuk memukulnya sekali atau tiga kali saja. Jika sekali pukul dipercaya akan membunuhnya dan tiga kali akan membuatnya cacat. Itulah mengapa perempuan tetangga si anu yang pindah itu dianggap parakang karena berjalan seperti orang dengan lutut kesakitan ...he...he.... 

Menurut orang-orang, suatu malam, perempuan itu tertangkap basah berwujud kambing dan dipukul dengan potongan kayu di lututnya sebanyak tiga kali. Sejak saat itulah ia berjalan dengan cara yang aneh. Makhluk parakang ni memang manusia, tapi kalau mati memang susah selagi keluarga atau familinya tidak ada yang rela menerima ilmu sesat  tersebut_Sebagai penerus...BERMINATKAH ANDA..?
(Sangbaco)

Sumber : Teluk Bone